3 - Perkenalan

Baru saja aku mendudukkan diriku di kuris panjang perpustakaan, suara gaduh yang berasal dari bagian belakang perpustakaan terdengar. Aku menoleh untuk melihat siapa orang tersebut, tapi sayang, siapapun orangnya tak bisa kulihat karena terhalang rak buku.

Aku mengangkat kedua bahu tak acuh, kemudian kembali ke posisi awal dan membuka buku sejarah. Yah ... Tugasku menumpuk dan akan dikumpulkan besok pagi. Meskipun aku masih bisa mengerjakannya di rumah, tapi aku lebih suka mengerjakannya di perpustakaan sekolah yang cenderung tenang.

Lagi pula, jika semua tugas sekolah sudah selesai lebih dulu, aku bisa melanjutkan cerita fiksi yang aku tulis dengan tenang. Yap! Aku suka menulis cerita fiksi dan membaca buku berbagai genre. Bagiku, selain tidur, menulis juga menjadi salah satu cara untuk beristirahat setelah mengerjakan berbagai tugas.

Oh! Satu lagi, menulis selalu berhasil memperbanyak mood jelekku.

BRUK.

"Astagfirulloh!" Aku sontak terlonjak kaget.

Konsentrasiku langsung pecah tatkala suara benda jatuh kembali terdengar  disusul suara penjaga perpustakaan yang memperingatkan seseorang untuk berhati-hati.

Untuk yang kedua kalinya, aku menoleh ke belakang. Tapi, tak kulihat si pembuat onar. Yang kulihat hanyalah Pak Penjaga perpustakaan yang berjalan ke belakang rak tengah dengan wajah kesal.

Kutebak, di balik rak itulah si pembuat onar berada. Beberapa murid yang mungkin merasa penasaran mulai bangkit, berjalan ke arah rak itu. Tanpa sadar, aku bangkit dari duduk meninggalkan tugas yang belum kuselesaikan dan berjalan ke balik rak itu.

Seorang laki-laki tengah berjongkok, memungut buku-buku yang berjatuhan. Sementara itu, Pak Penjaga terus mengomel sambil menyuruh laki-laki itu untuk kembali membereskan bukunya sambil berlalu pergi.

Mataku masih lurus memerhatikan laki-laki itu, padahal murid-murid lain yang sebelumnya merasa penasaran sudah kembali ke tempat duduknya masing-masing. Tapi aku, masih memerhatikan si Pembuat Onar yang sedang sibuk membereskan buku. Sayangnya, posisi laki-laki itu membelakangi aku dan membuatku kesulitan untuk melihat wajahnya.

Setelah mengambil satu buku yang berada di dekat kakinya, laki-laki itu bangkit dan menyimpan kembali buku-buku itu ke dalam rak. Tepat pada saat itu, dia menoleh ke samping kanan. Lebih tepatnya, ke arahku.

Senyuman cerah langsung terukir di wajahnya, matanya bahkan berbinar saat memandangku. “Hai!" Ia menyapaku ceria.

Tubuhku langsung mematung saat tatapan kami bertemu. Sedikit terkejut karena kontak mata yang tiba-tiba saling bertemu itu. Dan aku langsung ingat siapa dia.

“Sorry, lo keganggu, ya?" tanya laki-laki itu  yang berhasil membuatku tersadar fan langsung mengalihkan pandangan.

Aku membuang napas pelan dan bertanya, “Lo kenapa?"

Laki-laki itu—yang jika aku tak salah ingat bernama Eza—menyengir lebar.

“Kesandung," jawabnya ringan sambil terkekeh geli.

Tanpa sadar, aku memutar kedua bola mata malas. “Kesandung itu hobi lo, ya?"

Eza terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab, “Nggak juga, sih. Gue sering kesandung sejak ketemu lo doang."

Aku mengernyit bingung. “Kok sejak ketemu gue?"

Eza mengangguk pasti. “Wajah cantik lo muncul terus di pikiran gue dan bikin gue nggak fokus tiap jalan," katanya dengan gaya serius.

“Hah!" Aku langsung mendengus tanpa sadar. “Nggak jelas lo," decakku sambil berlalu kembali ke tempat dudukku untuk memulai kembali tugas yang sempat tertunda.

Aku baru saja duduk, ketika tiba-tiba seseorang ikut duduk di sampingku.

“Nggak suka digombalin, ya?" tanyanya tiba-tiba sambil membuka salah satu buku milikku.

“Digombalin orang yang gue kenal aja gue nggak suka, apalagi sama orang yang nggak gue kenal," jawabku berusaha tak acuh.

“Ah, iya!" Seolah baru teringat hal penting, Eza berseru mengejutkanku. “Kita ‘kan belum kenalan?!" Lalu, ia mengulurkan tangannya ke arahku dan memperkenalkan diri. “Gue Eza Aditya. Siswa paling ganteng di SMA Chakra."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 - Pertemuan Tak Terduga